GELIAT SENOPATI-GUNAWARMAN
Tinggal di Jakarta kota metropolitan
tidak terbayangkan saat aku masih kecil hingga remaja. Saya ingat bapakku yang
bekerja di Pertamina diminta pindah ke Pertamina Plumpang Jakarta tidak
bersedia karena beliau kawatir dengan hingar bingar kehidupan Jakarta. Saat itu
kami masih hidup dan berpindah-pindah kota di Jawa Timur mengikuti tugas bapak.
TV juga masih hitam putih. Majalah Femina sudah menjadi langganan ibu,
barangkali dari majalah itu ibu membaca berita-berita tentang Jakarta.
Pada kenyataannya, sebagian besar
usiaku banyak dijalani hidup di Jakarta. Setelah lulus kuliah di Bogor, saya
tinggal di Jakarta, walau pernah ditinggal sekitar 7-8 tahun untuk mukim di Jepang.
Anak-anak juga tumbuh besar dan menikah di Jakarta.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8eENeXb-kgzGL2TUKtZ2exC5BDR0ELMUzx20xb8E86pacwcU9xDwTYboLJkgmfeEhrozKNY1glvMlAjlHaPJBDbpbClzW_WHl48SL0xvvEtOcyXHc0S78mBQ7JkrhPHVmWRE0AP1YItY/s320/WhatsApp+Image+2020-01-12+at+4.57.53+PM.jpeg)
Saat kami mulai tinggal di kawasan
Widya Chandra ini, suasana jalan sekitar kami tinggal masih sepi. Sesekali
memang ada bunyi nguing-nguing suara
mobil Patwal Menteri yg lewat karena kawasan kompleks kami tidak jauh dari
Kompleks Perumahan Menteri. Kala itu, di bantaran Kali Krukut sebelah kiri rumah
jabatan kami tinggal, ditumbuhi banyak pohon-pohon rindang. Sepenggal Kali
krukut melintas di belakang kantor LIPI dan TELKOM. Dari pohon-pohon yang
rindang bagai hutan kota itu sering terdengar kicuan burung yang meloncat dari
satu pohon ke pohon lainnya. Juga sering nampak tupai berlarian. Saat ini pohon-pon
itu sudah berubah menjadi jalan pembuka akses ke sebuah Hotel di Jln. Gatot
Subroto. Saya tidak tahu bagaimana berubahnya peruntukan dari sebuah kawasan
hijauan menjadi jalan. Seingatku dulu ada tulisan bahwa tanah itu milik
pemerintah.
Seiring berjalannya waktu dan
perekonomian yang nampaknya semakin membaik, berubah pula kawasan Widya Chandra
– Senopati – Suryo - Gunawarman ini. Dulu hanya ada pasar Santa yang sempat
ditinggalkan pelanggannya. Juga ada mini Market Santa. Pelan-pelan, Jl. Wolter Monginsidi berubah
menjadi Salon dan Restoran. Tidak ingin ketinggalan, Pasar Santa pun mengubah
konsepnya. Sekarang juga menjadi tempat nongkrong anak-anak muda terutama yang
suka ngopi.
Lalu muncul kawasan yang disebut
SCBD (Sudirman Central Businnes District). Entah bangunan mana yang lebih dulu
berdiri di kawasan ini. Yang saya ingat berdirinya Pasific Place itu sekitar
tahun 2007 menyusul Plasa Semanggi yang terletak di Semanggi yang berdiri lebih
dulu sebelum Pasific Place. Yang pasti dengan berdirinya banyak gedung-gedung
tinggi itu, ada pemukiman penduduk yang tergusur. Setelah itu pelan dan pasti
kawasan ini berubah menjadi gedung-gedung yang menjulang tinggi baik
gedung-gedung perkantoran maupun apartemen. Terdengar berita juga bahwa
ditengah kawasan SCBD itu akan dibangun 3 tower menjulang yang konon akan
tertinggi di Asia.
Kemudian diikuti berubahnya kawasan perumahan
disekitar Jln. Senopati dan Jln.
Gunawarman menjadi restoran dan café modern. Senopati kini disebut kawasan Cafe
Modern bahkan menjadi tempat hang out anak-anak millenial. Berita yang aku
baca, bukan hanya millennial Jakarta Selatan yang sering hang out di Senopati
dan sekitarnya tetapi juga dari Jakarta Barat dan Utara.
Ada satu bangunan yang masih
bertahan yaitu Apotik Senopati, tetap di sudut sebuah tikungan dari jalan
Gunawarman menuju Senopati. Apotik yang
terlihat menjadi kecil ini sudah 3x ditabrak mobil nyasar masuk ke apotik pada
dini hari.
Jangan harap bisa menikmati jalan
yang lancar di Senopati-Gunawarman. Semua restoran dan café modern itu punya
pelanggannya masing-masing sehingga membuat jalan itu menjadi macet luar biasa
terutama di sore hingga malam
Aku yang saat ini tinggal di rumah
mungil di Taman Widya Chandra, mulai terasa sesak dengan kemacetan jalan di
sekitar jalan Widya Chandra – Tulodong - Senopati dan seterusnya. Perkantoran
yang menjulang tinggi diujung jalan Taman Widya Chandra milik Telkom dan anak
perusahannya itu, kabarnya punya pegawai sekitar 6000 orang. Bisa dibayangkan
jika sebagian besar pegawai itu menggunakan mobil atau motor pribadi yang setiap
hari lewat didepan rumah, apalagi jalan Gatot Subroto masuk dalam jalur Ganjil
Genap. Bising suara Satpam dengan peluitnya mengatur mobil yang macet hendak ke
gedung Telkom Hub itu, hampir setiap pagi dan sore terdengar sampai ke dalam
rumah.
Maka suasana pada hari libur yang kembali
sunyi, mengingatkan aku pada masa-masa lengangnya jalan beberapa tahun lalu,
walau kicauan burung di pagi hari sudah
jarang terdengar.
#JakartaKini
#JakartaMetropolitan
#hangoutsenopati
Keren. Menceritakan jejak sejarah, sehingga membuat kita hanyut terbawa pada saat itu lalu membandingkan dgn kondisi sekarang. Menulis mmg membuat kita jd peka pada sekitar dan punya kegiatan yg membuat kita jd bersemangat.
ReplyDeletePenjenegan mengisnpirasi saya menulis
DeleteAsyik bacanya....abdi ikut terhanyut shg bayangin Jakarta Tempo Doleoe yg tempat lahir beta dan tinggal sd kini sampun sepuh.
ReplyDeleteBeta yang tidak lahir disini, menyaksikan perubahan itu terasa sangat cepat
DeleteBu Julli Hakim,sahabat kawan insprirator kami para Pengurus Dharma Wanita Pemerintah Pusat, tksh atas semuanya, bagi saya yg pendatang baru 10 tahun di Jskarta ,cerita ibu sangat menarik dan mensmbah wawasan saya ttg kota Jakarta. Salam sehat selalu Untuk Bu Julli Hakim dan keluarga.
ReplyDeleteTerimakasih bu. Semoga kita sehat selalu ya
Delete